Dalam rentang sejarah selanjutnya, GWF Hegel berpendapat
bahwa dalam kritisisme Kant masih terdapat oposisi antara fenomena dan noumena,
jadi masih ada oposisi antara subjek dan objek. Hegel lebih menyetujui usaha
Fichte menghapus “das Ding an sich”,
ia juga mengagumi filsafat Schelling yang memaparkan adanya Alam atau dunia
yang tidak dipahami sebagai oposisi Roh. Terhadap pemikiran Schelling tersebut,
Hegel menambahkan unsur kesejarahan—poin tentang adanya proses perwujudan diri
(Selbstverwirklichug) dari Roh. Dalam
filsafat Hegel, Yang Absolut (das
Absolute) atau Roh (der Geist)
ini dipandang hadir pada dirinya sendiri, dan menurutnya Roh tersebut harus
menyatakan dirinya dengan mengalienasikan diri dalam Alam terlebih dahulu,
beserta konsep mengenai adanya negasi dalam proses perwujudan tersebut. Bagi
Hegel, Roh adalah totalitas, seluruh kenyataan.
Dari paparan di atas, perbedaan antara konsep Idea (dalam
terminologi Hegel, Roh/Rasio/Yang Absolut) Hegel dengan Kant (dalam terminologi
Kant, idea-idea rasio murni) adalah: 1) Hegel bersepakat dengan Fichte,
menghapus adanya “das Ding an sich”,
2) Hegel menggunakan pandangan Schelling mengenai Alam dan Roh, dan menyetujui
bahwa Roh identik dengan Alam, 3) Hegel menambahkan unsur kesejarahan untuk
menjelaskan kaitan antara Roh dengan Alam, dan proses mengembangkan lebih
lanjut konsep refleksi Schelling menjadi sebuah konsep tentang alienasi yang
dilakukan oleh Roh terhadap Alam yang sesungguhnya berada dalam satu kesatuan
sistem, 4) Hegel mempercayai adanya objektivitas murni yang akan diperoleh oleh
Roh Absolut di akhir sejarah.
Sementara itu, persamaan konsep Idea Hegel dengan Kant adalah: 1) Masih terdapat kedekatan pandangan kedua filsuf dengan peristilahan keagamaan—yakni Roh ataupun Allah dalam istilah “Idea Allah” maupun “Roh Absolut”, 2) Keduanya mendamaikan Rasionalisme dan Empirisisme baik dengan mengajukan adanya “kesimpulan silogistis” maupun “Roh Absolut”, 3) Keduanya telah menjelaskan konsep Idea dalam tataran metafisis dengan pengandaian atas keberadaan “das Ding an sich”, meski tidak bisa dicerap melalui penginderaan, maupun “Roh Absolut”, yang hanya bisa mengemuka di akhir sejarah.
Sementara itu, persamaan konsep Idea Hegel dengan Kant adalah: 1) Masih terdapat kedekatan pandangan kedua filsuf dengan peristilahan keagamaan—yakni Roh ataupun Allah dalam istilah “Idea Allah” maupun “Roh Absolut”, 2) Keduanya mendamaikan Rasionalisme dan Empirisisme baik dengan mengajukan adanya “kesimpulan silogistis” maupun “Roh Absolut”, 3) Keduanya telah menjelaskan konsep Idea dalam tataran metafisis dengan pengandaian atas keberadaan “das Ding an sich”, meski tidak bisa dicerap melalui penginderaan, maupun “Roh Absolut”, yang hanya bisa mengemuka di akhir sejarah.