Persona, kita berdua selalu senang berada di pesta topeng. Pada tiap malam-malam yang tidak pernah berakhir. Pada percakapan-percakapan dan tarian yang tak kunjung usai.
Jadi pada pesta topeng kali ini, akan kuawali dengan mengatakan, rasanya aku begitu menyukai kebersamaan kita. Bahkan meski aku tahu kita sedang menggunakan topeng masing-masing dan tak mampu melihat keaslian wajah satu sama lain.
Mungkin saja itu karena aku adalah tipe gadis pesta yang tidak begitu banyak peduli. Berpesta dan tidak peduli pada apa-apa lagi selain bisa sering-sering berada bersama dengan orang-orang sepertimu.
Tapi maksudku, selalu berada bersama denganmu saja sudah cukup.
Kebersamaan dengan seseorang di balik topeng itu yang kuyakin akan selalu menyimpan senyumnya yang manis untukku meski aku tak pernah melihatnya. Seseorang yang selalu ada di kerumunan pesta setiap waktunya dan bisa selalu kutemukan akan berdiri di sudut ruang dansa pada akhirnya. Setelahnya kita selalu akan berdansa dan berpegangan tangan satu sama lain sambil menceritakan harapan-harapan rahasia yang telah pernah kita tebarkan di udara. Apa lagi yang lebih indah daripada malam-malam seperti itu?
Kalaupun memang ada seseorang dengan wajah nyatanya di balik topeng itu, kalau adalah kau yang bersembunyi di balik topeng itu, aku masih demikian menyukai kebersamaan kita. Aku masih ingin sering-sering bertemu denganmu, kembali seperti dulu lagi sewaktu kita mengobrolkan hal-hal yang aneh dan di luar kebiasaan obrolan orang-orang pada umumnya, kita nampak seperti tidak akan pernah kehabisan topik pembicaraan. Aku tidak peduli kau sedang bersembunyi di balik kepalsuan topeng itu atau tidak.
Tahun ini aku jatuh cinta pada seorang pria di balik topeng itu. Mengapa aku terlalu terlambat menyadari semua tanda-tanda yang kau berikan? Itu sebabnya julukan yang belakangan selalu mampir kepadaku adalah ‘idiot’, ‘tolol’, ‘dodol’, ‘otak dengkul’, ‘otak bebal’, ya? Aku kelihatan lama sekali memiliki pengertian tentang sesuatu, ya?
Tahun lalu aku mulai menyukaimu. Mungkin saat itu kau bahkan belum mengenaliku dengan baik. Waktu itu tepatnya di sebuah pesta topeng yang tidak begitu meriah. Rasanya semua masih samar-samar saat kucoba mengingat masa-masa itu lagi. Masih serba abu-abu dan hitam pekat. Aku tidak ingat setelah itu apa yang menyebabkanku dengan mudahnya bisa menemukanmu di setiap pesta dan tidak salah mengenalimu di balik topengmu.
Aku tidak ingat hal apakah yang mengantarku pada pesta topeng yang malam itu mempertemukan kita. Aku tidak ingat mengapa kita bisa tiba-tiba berkenalan dan secara aneh bisa dekat satu sama lain. Dekat? Mari tertawa seperti biasanya.
Ketika suatu saat aku tanya pada diriku sendiri, berarti aku picik sekali, ya, karena menyukai seseorang tanpa peduli siapa dia yang berada di balik topeng itu. Apakah aku hanya menyukai topengmu? Namun kemudian kau datang dan bilang bahwa topeng yang kau kenakan memang awalnya kau gunakan untuk menarik gadis bertopeng lain di pesta topeng sebelumnya. Lalu apa lagi yang lebih lucu daripada itu, sebenarnya?
Mungkin hanya tersisa satu hal yang cukup mengganjal buatku selama pesta-pesta kemarin berlangsung. Aku rasa aku benci sekali ketika menyadari sepertinya aku sudah membagikan segala ceritaku padamu di tiap pesta, pada seseorang yang sedang melakukan persembunyian di balik topeng itu. Apa pada malam-malam itu aku selalu mabuk?
Tapi aku kemudian justru bertanya-tanya apakah benar ada seseorang yang sedang bersembunyi di balik topeng itu? Apakah itu kamu? Memang banyak pertanda yang kau berikan, tapi kau selama ini tidak pernah mengaku juga, kan? Siapa kau di balik topeng itu, aku tak pernah tahu. Semuanya kurasa serba dirangkai oleh banyak kebetulan. Kedekatan kita aneh sekali, ya?
Lebih aneh lagi karena aku sudah terlanjur sayang dengan topengmu yang ini. Jauh lebih sayang dengan topengmu ini daripada dengan dirimu yang sebenarnya. Bodoh sekali.
Tapi kalau semua pertanda ini memang berarti sebuah persembunyian, ini juga berarti bahwa kau adalah penyembunyi identitas yang luar biasa hebat. Tak peduli apapun artinya itu.
Setelah semua ini, rasanya aku cuma bisa memikirkan satu hal. Kalau benar takdir kehidupan ini memiliki alurnya yang mesti kia lalui, aku sangat percaya suatu saat pasti ada alurnya untuk kita akan bertemu lagi, Persona. Kita akan hidup selamanya untuk pesta-pesta itu, kan?
Jadi aku percaya sekali. Bahwa kalau kita memang memiliki takdir itu, kelak suatu saat di masa depan kita pasti akan kembali dan mewujudkan harapan-harapan rahasia yang telah kita bangun selama ini. Meski malam ini aku memutuskan untuk melakukan tindakan bodoh, kita akan bertemu lagi, kan?
Malam ini kulepas topengku. Aku menyerah kalah. Kau bilang aku tak pernah mau kalah? Kali ini kau salah. Kutinggalkan topengku di kakimu.
Aku menyayangimu, Persona. Aku yang terlihat tidak peduli ini. Menyayangi kau yang ada di balik topeng itu. Namun akan sedih jika harus memaksamu membuka topengmu. Maka meski di pesta topeng ini aku tidak mengenakan topengku lagi, jika kau masih tak ingin membuka topengmu di pesta ini, kita masih bisa berdansa tanpa topeng, kan, di pesta yang lain?
Sampai ketemu di pesta lain, Persona. Karena kita adalah wujud-wujud wajah yang imortal. Selamanya hidup di dunia dan hadir di pesta-pesta. Tapi kalau di pesta lain kita bertemu lagi tanpa topeng-topeng kita, jangan sampai lupa mengenaliku yang pernah jatuh cinta padamu.
23 Februari 2010
#kurasa ini adalah surat cinta paling ekstrem yang pernah kutulis sampai sekarang
numpang baca-baca disni... sobt...
ReplyDeletesalam knal dri Pekanbaru, Riau.
Cerpennya bagus.. :)
Bookmark dulu ya... keburu mau pulang dari kantor soalnya. ga enak baca cerpen kalo diburu-buru :)
ReplyDeleteSalam kenal
Topeng berbentuk apa mi? berbentuk monitor kah? Pasti nanti kau bakal bertemu dengannya dikesempatan yang lain mi.
ReplyDeleteGibran pun tidak pernah bertemu dengan May Zaedah sampai akhir hayatnya. Topeng apa yang dipakai mereka berdua?